JambiDalamBerita.id - Dari kedalaman samudra hingga ke meja makan, mikroplastik kini nyaris tak bisa dihindari. Partikel mungil ini telah menyusup ke berbagai elemen kehidupan ada di udara yang kita hirup, makanan yang kita konsumsi, air yang kita minum, hingga ditemukan dalam feses manusia.
Luasnya paparan ini memicu kekhawatiran besar soal ancaman kesehatan dan kerusakan lingkungan yang mungkin ditimbulkannya.
Menyadari pentingnya pemahaman mendalam terhadap risiko ini, Badan Keamanan Pangan Prancis (ANSES) melakukan serangkaian penelitian intensif
Fokus utama mereka: mengukur seberapa banyak mikroplastik yang tersembunyi dalam produk-produk konsumsi harian, khususnya minuman dan hasil laut.
Yang menarik, temuan ANSES justru membalik asumsi banyak orang. Dalam pengujian terhadap beragam jenis minuman mulai dari air kemasan, soda, es teh, hingga bir dan anggur hasilnya menunjukkan bahwa minuman dalam botol kaca justru mengandung lebih banyak mikroplastik dibanding yang dikemas dalam botol plastik atau kaleng logam.
Sebagai gambaran, satu liter minuman seperti cola, limun, es teh, dan bir dalam botol kaca mengandung sekitar 100 partikel mikroplastik, jauh lebih tinggi dari minuman sejenis dalam kemasan plastik atau kaleng, yang hanya mengandung 2 hingga 20 partikel per liter.
Fakta ini cukup mengejutkan, mengingat kaca selama ini dianggap sebagai kemasan paling aman dan bebas kontaminan.
Sumber utama mikroplastik ini ternyata bukan berasal dari bahan botol itu sendiri, melainkan dari lapisan cat pada tutup botol logam.
Tim peneliti di laboratorium Boulogne-sur-Mer ANSES menduga bahwa serpihan mikro dari cat yang melapisi bagian dalam tutup bisa terkelupas akibat gesekan saat penyimpanan, lalu jatuh ke dalam minuman.
Ini diperkuat dengan ditemukannya kecocokan antara warna dan komposisi serpihan cat yang mengambang di minuman dengan cat tutup botol.
Dari semua jenis minuman yang diuji, air kemasan dan anggur memiliki kadar mikroplastik paling rendah. Air dalam botol kaca rata-rata mengandung 4,5 partikel per liter, sedangkan air dalam botol plastik atau kemasan karton hanya sekitar 1,6 partikel.
Anggur pun relatif rendah, terutama saat dikemas dalam botol dengan sumbat gabus, bukan tutup logam.
Peneliti kemudian mencoba mengurai bagaimana mikroplastik bisa masuk ke dalam cairan, dengan melakukan simulasi tiga skenario.
Mereka membersihkan botol dan mengisi ulang dengan air yang telah disaring, lalu menutupnya dengan tiga cara berbeda langsung ditutup dengan tutup kotor, ditutup setelah ditiup udara, dan ditutup setelah ditiup dan dibilas dengan air serta alkohol.
Hasilnya cukup mencolok. Tutup yang tidak dibersihkan melepaskan hingga 287 partikel mikroplastik per liter, sementara yang hanya ditiup udara turun menjadi 106 partikel. Tapi setelah dibersihkan dengan udara dan alkohol, kandungannya bisa ditekan hingga 87 partikel.